Monday, 29 December 2014

Orgy and Party Sex

Gue lagi nawarin diri buat Orgy Sex atau Party Sex, dengan bayaran yang pantas. Bisa datang kemana aja, Singapore juga bisa.
Bukan untuk yang main-main, untuk yang minat silahkan.
Gue juga membuka tawaran sebagai teman keluar kota, atau bisnis dan liburan.
Not always to sex.
Jika ada yang berminat, segera hubungi saya di davi.batam@yahoo.com, untuk yang serius aja.

Saturday, 20 December 2014

Wilaga : Awal pertemuan itu



Dulu aku memiliki alasan untuk tersenyum. Tapi, sekarang senyumku telah hilang. Tiada lagi tawa dan canda seperti yang dulu. Aku tak tahu apakah aku dapat tersenyum seperti itu lagi? Kau sudah pergi, namun kau pergi  tak sendiri. Kau juga membawa separuh diriku bersamamu.
            Aku begitu merapuh. Aku tak tahu apakah aku bisa bertahan dengan keadaan ini. Aku begitu kesepian. Aku tak bisa tanpamu, kau adalah hidupku. Bagiku, kau adalah nyawa dan aku adalah raga. Kita tak boleh berpisah. Apalah arti keberadaanku didunia ini jika kau tak disampingku. Aku tersenyum karenamu, aku melangkah juga karenamu.
            Malaikat maut begitu kejam mengambilmu dariku. Apakah kita tak dapat bersama? Apakah dia tidak memikirkanku? Saat ini, aku begitu galau, aku begitu sedih. Aku tak tahu pada siapa lagi aku harus bercerita. Kematianmu begitu membekas dihati ini. Ada rasa sakit didalam dada ini. Sakitnya sangat menyayat hatiku. Bukan luka, namun sangat terasa perih.
            Aku takkan mungkin menemukan pengganti selain dirimu. Tak ada yang bisa menggantikanmu dalam hati ini. Kau telah mengenalkan aku tentang arti dari hidup itu sendiri. Kau mengajarkan aku menangis, tertawa, marah, dan semuanya. Aku begitu sayang padamu. Tapi, kenapa kau tinggalkan aku dalam keadaan begini?
            Kalau bisa memilih, aku ingin pergi duluan. Aku tak tahu jika kehilangan itu merupakan hal yang teramat sakit seperti ini. Aga, jujur aku sangat merindukanmu. Walau kita berbeda, aku menginginkanmu.
            Dari luar, aku mungkin bisa tersenyum, namun siapa sangka dibalik itu semua tersimpan seribu tangisan. Aku mencintaimu. Maaf, jika kiranya ini memberatkanmu. Aku benar-benar takut saat itu.
            Ada banyak kenangan yang kau tinggalkan dalam memori ini. Kau menemukan aku yang sedang berada dalam kesepian. Aga, tulisan ini akan selalu kutulis, hingga aku bisa melupakanmu. Namun, kurasa aku tak bisa.
            Ini cerita awal pertemuan kita dulu. Ingat saat itu, kamu sedang memandang pantai seorang diri. Aku sedang berlalu-lalang melihat hitamnya langit. Ditengah keramaian itu, sembari menanti pergantian tahun. Di sana, kita bertemu dan bersahabat.
            Mungkin waktu itu memang sudah menjadi takdir, bahwa kita akan dipertemukan dalam keadaan yang berbeda. Aku menemukanmu ketika kau sedang patah hati, sedangkan kau menemukan aku ketika aku sedang berada dalam kesepian. Sampai-sampai kau tak menyadari kehadiranku yang telah berada disampingmu saat itu. Jujur saja, aku memang mendekatimu saat itu. Aku sengaja duduk disampingmu saat itu. Aku pikir, berada disebelahmu dapat mendapat sedikit perhatianmu, karena aku begitu kesepian. Namun, kau tak bergeming sedikitpun. Menolehkupun tidak. Cukup lama suasana hening membisu yang terjadi diantara kita. Hingga akhirnya kamu mengeluarkan sebatang rokok dari sakumu. Kau membakar ujung rokok tersebut dan dengan sekali hisapan kau menyemburkan asap beracun tersebut dalam jumlah yang cukup banyak. Aku segera menutup hidungku saat itu. Aku tak tahan pada asap rokok, karena aku memang bukan perokok. Laki-laki tersebut langsung menoleh kearahku melihat sikapku tadi. Aku yakin, ia tersinggung saat itu. Tapi, aku tak perduli, ini masalah kesehatan.
            “Maaf ya, asapnya mengganggu ya?,” ia melihat kearahku seperti meledek.
            “Gak apa-apa, dilanjutin aja,” aku bertingkah agak cuek.
            “Nama aku Aga. Ari Wilaga, bisa panggil aku Ari atau Aga,” ia mengulurkan tangannya kepadaku.
            “Namaku Rizki. Muhammad Rizki panjangannnya,” ucapku membalas salam pertemanannya.
            “Sebenarnya aku bukan perokok. Aku merokok kalo lagi ada masalah aja,” ia membuang rokoknya masih belum terhisap banyak.
            “Oh gitu, jadi ceritanya sekarang kamu lagi ada masalah?,” aku mulai akrab dengannya.
            “Panggil Aga saja. Aku bisa panggil kamu Rizki. Boleh kita berteman?,”
            “O boleh, kebetulan aku juga lagi suntuk nih. Makanya, beruntung aku bisa ketemu kamu malam ini.”
            Kami berdua terdiam sejenak, aku tak tahu harus berkata apa lagi.
            “Kamu tinggal dimana Ki?,”
            “Aku tinggal di Botania,”
            “Dimana tuh?,”
            “Deket bandara,”
            “Oh, deket bandara. Aku kurang tahu sih daerah sana, aku tinggal di Tiban. Kapan-kapan mainlah kerumah,”
            “Oh boleh sih, Insya Allah. Karena aku juga bekerja ama kuliah,”
            “Kamu kuliah dimana? Kerja dimana?,”
            “Di Uniba, kalo kerja di Batam Center,”
            “Oh hebat, oh ya kamu uda semester berapa?,”
            “Bentar lagi masuk semester dua,”
            “Di Uniba ambil jurusan apa?,”
            “Akuntansi, kamu kerja?,”
            “Gak sih, aku mentok cuma anak mami aja,”
            “Hahahahahaha,”
            “Kok kamu ketawa sih Ki?,”
            “Gak ada, lucu aja denger kamu bilang anak mami aja, di Batam kalo gak kerja gak bisa hidup. Masa kamu gak kerja? Kayaknya aku gak percaya lah,”
            “Ya ampun Ki, bener lah, aku gak kerja. Datang aja kerumahku kalo gak percaya, atau kamu mau main kerumah besok? Sekalian kamu tanyain orang rumah kalo masih gak percaya,”
            “Ya, ya aku percaya,” aku merasa sedikit aneh dengan dia. Baru kenal, dia sudah bisa seakrab ini denganku. Aku mulai curiga. Dan, kecurigaanku malah mengarah pada jati diri kalo dia itu adalah seorang gay. Astaga, apa sih yang kamu pikirin Ki?
            “Oh ya kamu kesini naik apa? Coastarina ama bandara kan jauh?,”
            “Aku ama keluarga. Mereka disebelah sana,”
            “Oh aku tau, kamu pasti kesepian, makanya kamu jalan sendirian,”
            “Ya, aku memang lagi boring. Sebenarnya pengen kealun-alun bareng teman yang lain. Tapi, alasan ini itu lah, jadi males. Kuputusin dirumah aja. Tapi, dipaksa ama Kakak tadi ikut. Jadi, yah kepaksa aja aku ikut,”
            “O tapi sekarang kamu gak kesepian lagi kan? Kan, ada aku,”
            “Hahahaha, gello,”
            “Kalo kamu? Kenapa ada disini?,”
            “Ya nih, aku juga lagi bete, banyak masalah,”
            “Masalah keluarga atau pacar?,” aku sok tau.
            Aga diam tak menjawab pertanyaanku. Ia malah kembali memperlihatkan raut wajah sedih.
            “Maaf kalo aku nanyanya berlebihan. Tapi, kalo gak mau jawab gak apa-apa kok,”
            “Gak apa-apa, nomormu berapa? Biar langsung bisa aku hubungin besok,”
            “Oh boleh 0813xxxxxxx,”
            “Nih, masukin aja sendiri, males akunya.”
            Aku mengambil Blackberry nya. Dan memasukkan nomorku kedalamnya. Tanpa sepengetahuannya, aku menginvite pin bbku sendiri.
            “Kamu pake BB juga? Kenapa gak bilang dari tadi?,”
            Aku kaget bukan main. Ia melihat dan memergokiku sedang menginvite diriku sendiri.
            “Ya. Jadi, aku langsung invite sekalian,”
            Aku cukup senang malam itu. kami mengobrol banyak malam itu. Aku tak tahu kenapa aku bisa seakrab itu dengannya. Padahal, kami baru saja kenal.
            Pertemuan pertama kami malam itu berlangsung cukup singkat, namun sangat berarti bagiku. Aku senang bisa mengenalnya saat itu. Setidaknya aku memiliki seorang teman lagi saat itu.
            Itu mungkin pertemuan pertama antara aku dan dia, namun itu sangat berkesan. Beberapa hari, kami melanjutkan komunikasi melalui Handphone. Sebenarnya dia selalu ingin mengajak aku keluar, namun aku selalu menolak dengan berbagai alasan. Entah kenapa aku lakukan hal itu, padahal aku ingin sekali bersamanya.

Aku Tak Takut Lagi



                Tulisan kali ini, bukanlah tulisan mengenai hal-hal yang berbau mesum dan sebagainya. Namun, disini saya akan bercerita saja. Mungkin, cerita ini nantinya akan terus berlanjut. Tulisan ini bukan sekedar cerita yang biasa saja. Namun, lebih mengenai pandangan saya terhadap dunia gay.
                Sebelum aku menginjakkan kaki dikota Batam, kuakui aku memang seorang gay. Namun, aku tak pernah menyangka bahwa aku akhirnya bisa mengenal lebih dalam dunia gay dikota ini. Dan itu adalah awal kehancuran saya. Saya tak menyangka jika akan sesakit ini.
                Waktu itu, aku hanya melihat cinta yang ada pasangan gay saya. Yah, saya menjalin cinta dengan seorang gay yang saya kenal ditempat kerja. Kami membuat hubungan yang kalau bisa dibilang pacaran. Awal perkenalanku dengan dia, aku begitu percaya. Bahkan, aku hampir buta dibuat olehnya. Namun, yang selalu aku temukan darinya hanya kebohongan. Entah apa alasannya saat itu, setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya kebohongan bahkan cerita yang sangat mengada-ngada. Bahkan, ia begitu tega kepadaku. Ia memberi bunga harapan saja padaku. Aku tak tahu, apakah dia menganggap aku sebagai pacar atau tidak? Aku begitu setia, bahkan aku tak pernah berniat untuk mencari seseorang diluar sana. Namun, pacar pertamaku diBatam ini, selalu menyakitiku dengan kebohongan dan sikapnya yang selalu melirik laki-laki lain dibelakangku. Akhirnya kuputuskan, untuk meninggalkannya. Aku patah hati saat itu. Ia bahkan tak perduli saat itu. Aku benar-benar kecewa. Kupikir selama ini dia menyukaiku. Namun, aku salah. Dia hanya ingin seks.
                Lalu, aku mulai dekat dengan seorang gay lagi. Masih ditempat kerjaku juga. Namun, lagi-lagi hal sama terjadi. Ia sama saja. Bahkan lebih munafik. Parahnya lagi, ia mencoba memanfaatkan aku. Dan dari sinilah, aku akhirnya sadar. Seketika mataku mulai terbuka. Akupun meninggalkannya. Saat itu, aku bertekad bahwa suatu hari aku akan membalas dendam atas apa yang kalian perbuat. Kalian akan terkena karma suatu hari.
                Sampai tulisan ini saya buat, saya belum melakukan balas dendam saya, saya mengurungkannya. Saya hanya ingin mereka mendapat karmanya. Dan, terbukti. Setelah aku meninggalkan mereka, mereka semakin jatuh dalam dunia gay. Aku bersyukur telah jauh dari mereka. Bahkan mantanku yang pertama, pernah mengajakku untuk balikkan, namun aku abaikan. Aku ingat, saat itu kau mengabaikanku. Dan, kau pasti tahu rasanya begitu sakit.
                Setelah melakukan hubungan dengan kedua orang brengsek diatas, aku akhirnya bisa mneyimpulkan. Pertama, bahwa dunia gay itu penuh kebohongan. Awal perkenalan saja, bahkan mereka sudah berbohong. Jika kalian sadar, lebih teliti, dan mengingat lagi, pasti kalian akan menemukan jawaban. Kedua, cinta gay tak ada yang setia. Sangat jarang sekali ada yang setia. Bila ingin bukti, silahkan dicek akun medsos dari pasangan anda, apakah pasangan anda tak keberatan kalian membacanya?
                Sudah tiga tahun aku menetap dikota Batam ini. Dan, perasaanku semakin mantap. Aku sudah tahu seluk beluk kehidupan anjing di kota ini. Aku sudah bukan orang yang pertama kali mengenal dunia gay. Mungkin, kalian mengira aku terlalu polos. Namun, aku sudah mengetahui dan mengamati orang-orang disekelilingku. Aku sudah cukup kuat untuk menghadapi dunia gay.
                Dulunya, aku yang begitu tergila-gila, sekarang bagiku hal biasa yang tak kan pernah menjadi luar biasa. Aku tak takut lagi. Aku tak ragu lagi. Jika kalian memiliki persoalan mengenai pasangan anda, mungkin kita bisa berkonsultasi. Ingat, hanya sekedar konsultasi, bukan untuk sekedar modus menjalin hubungan ataupun melakukan hubungan seks.