Saturday, 20 December 2014

Wilaga : Awal pertemuan itu



Dulu aku memiliki alasan untuk tersenyum. Tapi, sekarang senyumku telah hilang. Tiada lagi tawa dan canda seperti yang dulu. Aku tak tahu apakah aku dapat tersenyum seperti itu lagi? Kau sudah pergi, namun kau pergi  tak sendiri. Kau juga membawa separuh diriku bersamamu.
            Aku begitu merapuh. Aku tak tahu apakah aku bisa bertahan dengan keadaan ini. Aku begitu kesepian. Aku tak bisa tanpamu, kau adalah hidupku. Bagiku, kau adalah nyawa dan aku adalah raga. Kita tak boleh berpisah. Apalah arti keberadaanku didunia ini jika kau tak disampingku. Aku tersenyum karenamu, aku melangkah juga karenamu.
            Malaikat maut begitu kejam mengambilmu dariku. Apakah kita tak dapat bersama? Apakah dia tidak memikirkanku? Saat ini, aku begitu galau, aku begitu sedih. Aku tak tahu pada siapa lagi aku harus bercerita. Kematianmu begitu membekas dihati ini. Ada rasa sakit didalam dada ini. Sakitnya sangat menyayat hatiku. Bukan luka, namun sangat terasa perih.
            Aku takkan mungkin menemukan pengganti selain dirimu. Tak ada yang bisa menggantikanmu dalam hati ini. Kau telah mengenalkan aku tentang arti dari hidup itu sendiri. Kau mengajarkan aku menangis, tertawa, marah, dan semuanya. Aku begitu sayang padamu. Tapi, kenapa kau tinggalkan aku dalam keadaan begini?
            Kalau bisa memilih, aku ingin pergi duluan. Aku tak tahu jika kehilangan itu merupakan hal yang teramat sakit seperti ini. Aga, jujur aku sangat merindukanmu. Walau kita berbeda, aku menginginkanmu.
            Dari luar, aku mungkin bisa tersenyum, namun siapa sangka dibalik itu semua tersimpan seribu tangisan. Aku mencintaimu. Maaf, jika kiranya ini memberatkanmu. Aku benar-benar takut saat itu.
            Ada banyak kenangan yang kau tinggalkan dalam memori ini. Kau menemukan aku yang sedang berada dalam kesepian. Aga, tulisan ini akan selalu kutulis, hingga aku bisa melupakanmu. Namun, kurasa aku tak bisa.
            Ini cerita awal pertemuan kita dulu. Ingat saat itu, kamu sedang memandang pantai seorang diri. Aku sedang berlalu-lalang melihat hitamnya langit. Ditengah keramaian itu, sembari menanti pergantian tahun. Di sana, kita bertemu dan bersahabat.
            Mungkin waktu itu memang sudah menjadi takdir, bahwa kita akan dipertemukan dalam keadaan yang berbeda. Aku menemukanmu ketika kau sedang patah hati, sedangkan kau menemukan aku ketika aku sedang berada dalam kesepian. Sampai-sampai kau tak menyadari kehadiranku yang telah berada disampingmu saat itu. Jujur saja, aku memang mendekatimu saat itu. Aku sengaja duduk disampingmu saat itu. Aku pikir, berada disebelahmu dapat mendapat sedikit perhatianmu, karena aku begitu kesepian. Namun, kau tak bergeming sedikitpun. Menolehkupun tidak. Cukup lama suasana hening membisu yang terjadi diantara kita. Hingga akhirnya kamu mengeluarkan sebatang rokok dari sakumu. Kau membakar ujung rokok tersebut dan dengan sekali hisapan kau menyemburkan asap beracun tersebut dalam jumlah yang cukup banyak. Aku segera menutup hidungku saat itu. Aku tak tahan pada asap rokok, karena aku memang bukan perokok. Laki-laki tersebut langsung menoleh kearahku melihat sikapku tadi. Aku yakin, ia tersinggung saat itu. Tapi, aku tak perduli, ini masalah kesehatan.
            “Maaf ya, asapnya mengganggu ya?,” ia melihat kearahku seperti meledek.
            “Gak apa-apa, dilanjutin aja,” aku bertingkah agak cuek.
            “Nama aku Aga. Ari Wilaga, bisa panggil aku Ari atau Aga,” ia mengulurkan tangannya kepadaku.
            “Namaku Rizki. Muhammad Rizki panjangannnya,” ucapku membalas salam pertemanannya.
            “Sebenarnya aku bukan perokok. Aku merokok kalo lagi ada masalah aja,” ia membuang rokoknya masih belum terhisap banyak.
            “Oh gitu, jadi ceritanya sekarang kamu lagi ada masalah?,” aku mulai akrab dengannya.
            “Panggil Aga saja. Aku bisa panggil kamu Rizki. Boleh kita berteman?,”
            “O boleh, kebetulan aku juga lagi suntuk nih. Makanya, beruntung aku bisa ketemu kamu malam ini.”
            Kami berdua terdiam sejenak, aku tak tahu harus berkata apa lagi.
            “Kamu tinggal dimana Ki?,”
            “Aku tinggal di Botania,”
            “Dimana tuh?,”
            “Deket bandara,”
            “Oh, deket bandara. Aku kurang tahu sih daerah sana, aku tinggal di Tiban. Kapan-kapan mainlah kerumah,”
            “Oh boleh sih, Insya Allah. Karena aku juga bekerja ama kuliah,”
            “Kamu kuliah dimana? Kerja dimana?,”
            “Di Uniba, kalo kerja di Batam Center,”
            “Oh hebat, oh ya kamu uda semester berapa?,”
            “Bentar lagi masuk semester dua,”
            “Di Uniba ambil jurusan apa?,”
            “Akuntansi, kamu kerja?,”
            “Gak sih, aku mentok cuma anak mami aja,”
            “Hahahahahaha,”
            “Kok kamu ketawa sih Ki?,”
            “Gak ada, lucu aja denger kamu bilang anak mami aja, di Batam kalo gak kerja gak bisa hidup. Masa kamu gak kerja? Kayaknya aku gak percaya lah,”
            “Ya ampun Ki, bener lah, aku gak kerja. Datang aja kerumahku kalo gak percaya, atau kamu mau main kerumah besok? Sekalian kamu tanyain orang rumah kalo masih gak percaya,”
            “Ya, ya aku percaya,” aku merasa sedikit aneh dengan dia. Baru kenal, dia sudah bisa seakrab ini denganku. Aku mulai curiga. Dan, kecurigaanku malah mengarah pada jati diri kalo dia itu adalah seorang gay. Astaga, apa sih yang kamu pikirin Ki?
            “Oh ya kamu kesini naik apa? Coastarina ama bandara kan jauh?,”
            “Aku ama keluarga. Mereka disebelah sana,”
            “Oh aku tau, kamu pasti kesepian, makanya kamu jalan sendirian,”
            “Ya, aku memang lagi boring. Sebenarnya pengen kealun-alun bareng teman yang lain. Tapi, alasan ini itu lah, jadi males. Kuputusin dirumah aja. Tapi, dipaksa ama Kakak tadi ikut. Jadi, yah kepaksa aja aku ikut,”
            “O tapi sekarang kamu gak kesepian lagi kan? Kan, ada aku,”
            “Hahahaha, gello,”
            “Kalo kamu? Kenapa ada disini?,”
            “Ya nih, aku juga lagi bete, banyak masalah,”
            “Masalah keluarga atau pacar?,” aku sok tau.
            Aga diam tak menjawab pertanyaanku. Ia malah kembali memperlihatkan raut wajah sedih.
            “Maaf kalo aku nanyanya berlebihan. Tapi, kalo gak mau jawab gak apa-apa kok,”
            “Gak apa-apa, nomormu berapa? Biar langsung bisa aku hubungin besok,”
            “Oh boleh 0813xxxxxxx,”
            “Nih, masukin aja sendiri, males akunya.”
            Aku mengambil Blackberry nya. Dan memasukkan nomorku kedalamnya. Tanpa sepengetahuannya, aku menginvite pin bbku sendiri.
            “Kamu pake BB juga? Kenapa gak bilang dari tadi?,”
            Aku kaget bukan main. Ia melihat dan memergokiku sedang menginvite diriku sendiri.
            “Ya. Jadi, aku langsung invite sekalian,”
            Aku cukup senang malam itu. kami mengobrol banyak malam itu. Aku tak tahu kenapa aku bisa seakrab itu dengannya. Padahal, kami baru saja kenal.
            Pertemuan pertama kami malam itu berlangsung cukup singkat, namun sangat berarti bagiku. Aku senang bisa mengenalnya saat itu. Setidaknya aku memiliki seorang teman lagi saat itu.
            Itu mungkin pertemuan pertama antara aku dan dia, namun itu sangat berkesan. Beberapa hari, kami melanjutkan komunikasi melalui Handphone. Sebenarnya dia selalu ingin mengajak aku keluar, namun aku selalu menolak dengan berbagai alasan. Entah kenapa aku lakukan hal itu, padahal aku ingin sekali bersamanya.

1 comment:



  1. Hai sobat Gay & Bisex indonesia...

    Salam untuk anda pecinta Travelling.
    ayok... kita jalan" bareng bersama teman komunitas,
    kumpul bareng, happy bareng,
    ketawa bareng pastinya...

    Bagi yg Jomblo???
    siapa tau...
    moment ini bisa mempertemukanmu dg seseorang
    yg diharapkan...
    ambil hikmah positif untuk bisa mengenal mereka.

    Buka mata untuk melihat dunia lebih luas.
    refresh pikiran oleh aktivitas keseharian.
    saling mengenal 1 dg yg lainnya.

    Buat Sobat yg dekat tempat tinggalnya,
    terdapat Tempat Menarik, Spot wisata yg belum terjamah,
    Rekomendasi / Saran" Asyik, jangan lupa hubungi kami ya...
    kita coba susun acaranya, mungkin bisa ditawarkan dg kawan" lainnya...

    ikuti Update acara kami,
    Salam Wisata Indonesia, With Guys
    Admin Contact :
    +6281949484385
    BBM : 24c54a02
    weChat : gaybelitong
    email : palatmerah@gmail.com


    www.facebook.com/wisatagay


    twitter.com/Liburangay







    BiroJodohGay



    Media-Gay-Cari-Pasangan




    Banyak-Bule-Gay-Nongkrong





    Tempat-Gay-kumpul-Lengkap











    ReplyDelete

abis ngebaca komentnya dooong........
hehe