Saturday, 23 January 2016

Abu-Abu Part 1




Aku tak pernah berniat sedikitpun mengganggu hubunganmu dan dia. Aku tak pernah tahu bagaimana bisa ia membenciku karena suatu hal yang tak pernah ada dipikiranku. Selama ini, ia tak pernah mau memperkenalkan pacarnya kepadaku, karena ia beranggapan bahwa aku bisa saja suka dan merebut pacarnya. Seharusnya ia tahu, bahwa kami bersahabat. Aku tidak akan pernah melakukan itu. Bekali-kali aku pernah mengatakan, bahwa jika kita mencintai orang yang sama, maka aku akan mengalah saat itu juga.
Tapi, malam itu semua berubah. Ia membawa pacarnya kerumah. Kami memang serumah saat itu. Baru kali ini aku berjumpa langsung dengannya. Namanya Andri. Hanya sebentar saja kami mengobrol, karena sahabatku itu seolah ingin cepat menyudahi percakapan kami bertiga. Akupun memilih tidur dikamar sebelah yang kosong. Karena, aku sudah tahu, kamar itu akan digunakan mereka berdua. Dan itu sudah hal yang biasa. Akupun maklum.
Saat tengah malam, aku terkejut mendengar suara pintu terbuka. Andri kini berada dihadapanku. Ia memberi isyarat agar aku tenang dan tak bersuara.
“Ngapain kesini, Abi mana?,”
Andri bukannya menjawab. Ia malah mendekatiku dan berusaha menciumku. Aku mengelak dan menolak badannya.
“Kamu tuh gila ya, Abi gimana?,”
Pada saat itu juga pintu terbuka. Abi melihatku bersama Andri. Andri begitu kaget. Aku langsung menjelaskan pada Abi. Namun, ia pergi dan mengunci pintu kamarnya. Andri sendiri memilih pulang. Aku langsung mencoba berbicara kepada Abi.
“Abi, buka pintunya dong. Ini bukan seperti yang kamu lihat,”
“Ini dia yang buat aku gak mau bawa pacar aku kerumah. Ternyata yang aku khawatirkan benar,”
“Tapi, bukan aku yang mendekatinya. Dia sendiri yang datang…,”
                “Udahlah, aku malas bicara ama kamu,”
                Aku tertegun. Tak menyangka kalau Abi bisa mengatakan begitu kepadaku. Aku kembali kekamarku. Aku melihat sebuah pesan, dari Abi lewat BBM.
                Aku cukup kenal siapa dirimu. Aku harap kamu mengerti, mungkin kamu bisa cari kontrakkan lain. Aku ingin sendiri.”
                Aku tak membalas pesan Abi. Malam itu juga kubereskan semua barang-barangku. Aku cukup tau diri. Aku begitu sakit hati mendapatkan kenyataan seperti ini. Aku mengontak saudaraku untuk tinggal dua hari dirumahnya untuk sementara. Malam itu, aku begitu membenci Abi, sahabatku sendiri. Ia memilih percaya bahwa akulah yang menggoda pacarnya. Rasanya ingin kumaki dia saat itu.
                Aku menelpon saudaraku agar menjemputku malam itu juga. Karena aku sudah siap. Aku tak mau menunggu pagi. Karena aku tak mau melihat wajah Abi. Pukul tiga subuh, aku meninggalkan kontrakkan. Dalam perjalanan, aku mencoba menghubungi Abi untuk meminta maaf lewat BBM atas apa yang terjadi, namun ternyata ia sudah menghapus kontakku. Sepanjang perjalanan, aku hanya diam. Saudaraku mengerti, ia tak banyak bertanya saat itu.
                Mungkin, bukan sekarang. Tapi, nanti Abi pasti akan tahu kebenarannya. Bahwa aku sama sekali tak bersalah dalam hal ini. Aku benar-benar kesal sekali malam itu. Aku benci pada sahabat yang sudah kuanggap saudaraku sendiri.

No comments:

Post a Comment

abis ngebaca komentnya dooong........
hehe